SEJARAH MAGNET Lebih dari 2000 tahun yang lalu, orang Yunani yang hidup di Magnesia menemukan batu yang istimewa. Batu tersebut d...
Home / All posts
04 February 2012
SEJARAH MAGNET
Lebih dari 2000 tahun yang lalu,
orang Yunani yang hidup di Magnesia menemukan batu yang istimewa. Batu tersebut
dapat menarik
benda-benda yang mengandung logam. Ketika batu itu
digantung sehingga dapat berputar, salah satu ujungnya selalu menunjuk arah
utara. Karena batu itu ditemukan di Magnesia, orang Yunani menamainya magnetit.
Orang Yunani tidak mengetahui lebih lanjut bagaimana sifat-sifatnya, namun
mereka telah mengamati ciri-ciri bahan yang disebut magnet
SIFAT – SIFAT MAGNET :
- Dapat menarik benda-benda yang terbuat dari logam
- Jika digantung bebas akan selalu menunjuk utara dan selatan
Bahan Magnetik
Bahan magnetik adalah : bahan yang dapat ditarik
oleh magnet.
Bahan-bahan magnetik dapat dibagi menjadi dua macam,
yaitu :
- Bahan ferromagnetik, yaitu bahan yang ditarik oleh magnet dengan gaya yang kuat. Bahan ini misalnya besi, baja, kobalt dan nikel.
- Bahan paramagnetik, yaitu bahan yang ditarik oleh magnet dengan gaya yang lemah. Bahan ini misalnya aluminium, platina, dan mangaan.
Sedangkan
bahan yang tidak dapat ditarik oleh magnet disebut bahan diamagnetik.
Macam – macam magnet berdasarkan bentuknya :
- Magnet batang
- Magnet jarum
- Magnet ladam / magnet U
- Magnet silinder /. magnet cakram
Berdasarkan asalnya magnet terdiri dari magnet
alamiah dan magnet buatan.
Magnet alam meliputi
magnet bumi dan batuan-batuan yang terdapat di alam
Magnet dapat dibuat dengan cara :
- Induksi
- Menggosok bahan magnetik dengan magnet yang sudah jadi
- Mengaliri dengan arus listrik DC bahan magnetik yang dililiti dengan kawat kumparan (elektromagnetik)
Cara menghilangkan sifat kemagnetan :
- Dipukul-pukul
- Dipanaskan / dibakar
- Dialiri arus AC
Taksonomi Bloom adalah struktur hierarkhi yang mengidentifikasikan skills mulai dari tingkat yang rendah hingga yang tinggi. Tentunya untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi, level yang rendah harus dipenuhi lebih dulu. Dalam kerangka konsep ini, tujuan pendidikan ini oleh Bloom dibagi menjadi tiga domain/ranah kemampuan intelektual (intellectual behaviors) yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
Ranah Kognitif berisi perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, dan keterampilan berpikir. Ranah afektif mencakup perilaku terkait dengan emosi, misalnya perasaan, nilai, minat, motivasi, dan sikap. Sedangkan ranah Psikomotorik berisi perilaku yang menekankan fungsi manipulatif dan keterampilan motorik / kemampuan fisik, berenang, dan mengoperasikan mesin. Para trainer biasanya mengkaitkan ketiga ranah ini dengan Knowledge, Skill and Attitude (KSA). Kognitif menekankan pada Knowledge, Afektif pada Attitude, dan Psikomotorik pada Skill. Sebenarnya di Indonesia pun, kita memiliki tokoh pendidikan, Ki Hajar Dewantara yang terkenal dengan doktrinnya Cipta, Rasa dan Karsa atau Penalaran, Penghayatan, dan Pengamalan. Cipta dapat diidentikkan dengan ranah kognitif , rasa dengan ranah afektif dan karsa dengan ranah psikomotorik.
Ranah kognitif mengurutkan keahlian berpikir sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Proses berpikir menggambarkan tahap berpikir yang harus dikuasai oleh siswa agar mampu mengaplikasikan teori kedalam perbuatan. Ranah kognitif ini terdiri atas enam level, yaitu: (1) knowledge (pengetahuan), (2) comprehension (pemahaman atau persepsi), (3) application (penerapan), (4) analysis (penguraian
atau penjabaran), (5) synthesis (pemaduan), dan (6) evaluation (penilaian).
Level ranah ini dapat digambarkan dalam bentuk piramida berikut:
Tiga level pertama (terbawah) merupakan Lower Order Thinking Skills, sedangkan tiga level berikutnya Higher Order Thinking Skill. Namun demikian pembuatan level ini bukan berarti bahwa lower level tidak penting. Justru lower order thinking skill ini harus dilalui dulu untuk naik ke tingkat
berikutnya. Skema ini hanya menunjukkan bahwa semakin tinggi semakin sulit kemampuan berpikirnya.
Ranah Kognitif berisi perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, dan keterampilan berpikir. Ranah afektif mencakup perilaku terkait dengan emosi, misalnya perasaan, nilai, minat, motivasi, dan sikap. Sedangkan ranah Psikomotorik berisi perilaku yang menekankan fungsi manipulatif dan keterampilan motorik / kemampuan fisik, berenang, dan mengoperasikan mesin. Para trainer biasanya mengkaitkan ketiga ranah ini dengan Knowledge, Skill and Attitude (KSA). Kognitif menekankan pada Knowledge, Afektif pada Attitude, dan Psikomotorik pada Skill. Sebenarnya di Indonesia pun, kita memiliki tokoh pendidikan, Ki Hajar Dewantara yang terkenal dengan doktrinnya Cipta, Rasa dan Karsa atau Penalaran, Penghayatan, dan Pengamalan. Cipta dapat diidentikkan dengan ranah kognitif , rasa dengan ranah afektif dan karsa dengan ranah psikomotorik.
Ranah kognitif mengurutkan keahlian berpikir sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Proses berpikir menggambarkan tahap berpikir yang harus dikuasai oleh siswa agar mampu mengaplikasikan teori kedalam perbuatan. Ranah kognitif ini terdiri atas enam level, yaitu: (1) knowledge (pengetahuan), (2) comprehension (pemahaman atau persepsi), (3) application (penerapan), (4) analysis (penguraian
atau penjabaran), (5) synthesis (pemaduan), dan (6) evaluation (penilaian).
Level ranah ini dapat digambarkan dalam bentuk piramida berikut:
Tingkatan berfikiri kognitif menurut taxonomi bloom |
berikutnya. Skema ini hanya menunjukkan bahwa semakin tinggi semakin sulit kemampuan berpikirnya.
NO
|
KATAGORI
|
PENJELASAN
|
KATA KERJA KUNCI
|
1
|
Pengetahuan
|
Kemampuan menyebutkan atau
menjelaskan kembali Contoh: menyatakan kebijakan. |
Mendefinisikan, menyusun daftar, menamai, menyatakan, mengidentifikasikan, mengetahui, menyebutkan, membuat rerangka, menggaris bawahi, menggambarkan,
menjodohkan, memilih |
2
|
Pemahaman
|
Kemampuan memahami
instruksi/masalah, menginterpretasikan dan menyatakan kembali dengan kata-kata sendiri Contoh : Menuliskan kembali atau merangkum materi pelajaran |
Menerangkan, menjelaskan , menguraikan, membedakan, menginterpretasikan, merumuskan, memperkirakan, meramalkan, menggeneralisir, menterjemahkan, mengubah,
memberi contoh, memperluas, menyatakan kembali, menganalogikan, merangkum |
3
|
Penerapan
|
Kemampuan menggunakan
konsep dalam praktek atau situasi yang baru Contoh: Menggunakan pedoman/ aturan dalam menghitung gaji pegawai. |
Menerapkan, mengubah, menghitung, melengkapi, menemukan. membuktikan,
menggunakan, mendemon-strasikan, memani- pulasi, memodifikasi, menyesuaikan, menunjukkan, mengoperasikan, menyiapkan, menyediakan, menghasilkan. |
4
|
Analisa
|
Kemampuan memisahkan
konsep kedalam beberapa komponen untuk memperolehpemahaman yang lebih luas atas dampak komponen – komponen terhadap konsep tersebut secara utuh.
Contoh: Menganalisa penyebab meningkatnya Harga pokok penjualan dalam laporan keuangan dengan memisahkan
komponen-komponennya. |
Menganalisa, mendiskriminasi kan, membuat skema /diagram, membedakan, membandingkan, mengkontraskan, memisahkan, membagi, menghubungkan,
menunjukan hubungan antara variabel, memilih, memecah menjadi beberapa bagian, menyisihkan, mempertentangkan. |
5
|
Sintesa
|
Kemampuan merangkai atau menyusun kembali komponenkomponen
dalam rangka menciptakan arti /pemahaman / struktur baru. Contoh: Menyusun kurikulum dengan mengintegrasikan pendapat dan materi dari beberapa sumber |
Mengkategorikan mengkombinasi kan, mengatur memodifikasi, mendisain, mengintegrasikan, mengorganisir, mengkompilasi, mengarang, menciptakan, menyusun kembali, menulis kembali, merancang, merangkai, merevisi, menghubungkan, merekonstruksi, menyimpulkan, mempolakan
|
6
|
Evaluasi
|
Kemampuan mengevaluasi dan menilai sesuatu berdasarkan norma, acuan atau kriteria.
Contoh: Membandingkan hasil ujian siswa dengan kunci jawaban. |
Mengkaji ulang, membandingkan, menyimpulkan, mengkritik, mengkontraskan, mempertentangkan menjustifikasi, mempertahankan, mengevaluasi, membuktikan, memperhitungkan, menghasilkan, menyesuaikan, mengkoreksi, melengkapi, menemukan.
|
TINGKATAN BERFIKIR KOGNITIF BERDASARKAN TAXONOMI BLOOM
Taksonomi Bloom adalah struktur hierarkhi yang mengidentifikasikan skills mulai dari tingkat yang rendah hingga yang tinggi. Tentunya untu...
16 September 2008
Ada Minuman Segar, Snack Dan Alunan Musik Lembut. Why Not…!
BELAJAR DIIRINGI MUSIK? DUH ASYIKNYA…
Demikian juga para ahli psikologi mengelompokkan dua tipe siswa dalam belajar, yaitu seorang siswa dapat lebih berkonsentrasi dalam belajar jika diiringi musik dan ada juga yang justru lebih berkonsentrasi belajar dalam keadaan hening tanpa musik.
Bukankah diperpustakaan-perpustakaan hampir selalu kita temui alunan musik lembut yang membuat betah para pengunjungnya untuk berlama-lama memplototi buku-buku berat yang memeras konsentrasi? Jadi tidak ada salahnya jika kita mencoba berimprivisasi dalam proses pembelajaran dengan jalan ini, mencoba mendobrak kemapanan dan kekakuan tradisi klasik yang selama ini berjalan. Insya Allah kejenuhan, kegerahan dan kepenatan jam-jam akhir bisa teratasi.
SAMBIL BELAJAR ADA MAKANAN DAN MINUMAN ? WHY NOT !
Kemudian jika situasi itu kita balik, misalnya jam akhir, materi pelajaran lumayan berat, cuaca panas, tenggorokan kering, perut keroncongan dan otak jenuh akan tetapi disamping siswa ada minuman segar, sedikit makanan ringan dan alunan musik lembut mengiringi sang guru yang semangat menyampaikan materi pelajaran dengan teknik dan metode sangat variatif. Situasinya tentu tidak akan seburuk yang kita bayangkan. Bahkan yang mungkin terjadi siswa mengidamkan saat pertemuan dengan sang guru idola tersebut.
Hanya saja yang sering jadi permasalahan adalah, selama ini kita sering dikungkung oleh suatu dokrin kaku yang tidak menghendaki keadaan itu. Seorang siswa harus duduk rapi, tangan dilipat di atas bangku, pandangan lurus kepada sang guru dan sebagainya.
Tidak terhitung kalau di negara-negara eropa yang sudah maju, di daerah kitapun sudah banyak yang mulai mencobanya. Lihat saja SMA Negeri 1 Mataram menerapkan trik ini untuk menggenjot peningkatan nilai UAN. Dengan satu stressing penting “tidak boleh meninggalkan sampah!”
Kahar Muzakkir
Tuesday, September 16, 2008
CB Blogger
Indonesia
Fenomena jam-jam terakhir dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah adalah sesuatu yang klasik terjadi di mana-mana. Suatu situasi membosankan dimana semua elemen pembelajaran mendekati titik jenuhnya. Sekolah kemudian melontarkan berbagai jurus untuk mengatasinya, misalnya pengaturan jadwal yang diisi dengan matapelajaran rekreatif dan tidak terlalu membutuhkan kerja otak. Akan tetapi terkadang penyusun jadwal mengalami kesulitan sehingga dengan terpaksa mata pelajaran yang tergolong “berat” mesti nongol juga pada jam-jam akhir. Berikut ini kami coba tawarkan dua jurus yang sedikit “nyeleneh” yang mungkin bisa mengatasi permasalahan tersebut.
BELAJAR DIIRINGI MUSIK? DUH ASYIKNYA…
Penelitian para ahli membuktikan peranan musik sangat besar terhadap perkembangan intelektual anak. Bahkan kini banyak dikembangkan pendidikan prenatus (bayi masih dalam kandungan) dengan menggunakan musik-musik klasik, karena diketahui bahwa musik klasik ternyata mampu membantu perkembangan intelegensi bayi.
Demikian juga para ahli psikologi mengelompokkan dua tipe siswa dalam belajar, yaitu seorang siswa dapat lebih berkonsentrasi dalam belajar jika diiringi musik dan ada juga yang justru lebih berkonsentrasi belajar dalam keadaan hening tanpa musik.
Sementara itu dunia remaja adalah dunia yang penuh dengan bunga-bunga, penuh cerita-cerita romantis dan akan terasa lebih indah jika diiringi dengan melodi-melodi indah. So… learning with the music, why not?
Bukankah diperpustakaan-perpustakaan hampir selalu kita temui alunan musik lembut yang membuat betah para pengunjungnya untuk berlama-lama memplototi buku-buku berat yang memeras konsentrasi? Jadi tidak ada salahnya jika kita mencoba berimprivisasi dalam proses pembelajaran dengan jalan ini, mencoba mendobrak kemapanan dan kekakuan tradisi klasik yang selama ini berjalan. Insya Allah kejenuhan, kegerahan dan kepenatan jam-jam akhir bisa teratasi.
SAMBIL BELAJAR ADA MAKANAN DAN MINUMAN ? WHY NOT !
Coba bayangkan seandainya pada jam-jam akhir ketika udara begitu gerah dengan perut keroncongan siswa mesti menerima cekokan materi-materi pelajaran yang agak berat. Tentunya akan terjadi suatu kejengahan bahkan momok bagi siswa seandainya guru tidak mampu berfikir dan bertindak kreatif menghadapi situasi ini.
Kemudian jika situasi itu kita balik, misalnya jam akhir, materi pelajaran lumayan berat, cuaca panas, tenggorokan kering, perut keroncongan dan otak jenuh akan tetapi disamping siswa ada minuman segar, sedikit makanan ringan dan alunan musik lembut mengiringi sang guru yang semangat menyampaikan materi pelajaran dengan teknik dan metode sangat variatif. Situasinya tentu tidak akan seburuk yang kita bayangkan. Bahkan yang mungkin terjadi siswa mengidamkan saat pertemuan dengan sang guru idola tersebut.
Hanya saja yang sering jadi permasalahan adalah, selama ini kita sering dikungkung oleh suatu dokrin kaku yang tidak menghendaki keadaan itu. Seorang siswa harus duduk rapi, tangan dilipat di atas bangku, pandangan lurus kepada sang guru dan sebagainya.
Sambil siswa ngemil? Sangat ditabukan!
Jadi…beranikah kita mendobrak kemapanan, mencairkan kekakuan demi mencapai tujuan pengajaran?
Tidak terhitung kalau di negara-negara eropa yang sudah maju, di daerah kitapun sudah banyak yang mulai mencobanya. Lihat saja SMA Negeri 1 Mataram menerapkan trik ini untuk menggenjot peningkatan nilai UAN. Dengan satu stressing penting “tidak boleh meninggalkan sampah!”
Jadi…Why not?
ATASI KEPENATAN JAM TERAKHIR
Ada Minuman Segar, Snack Dan Alunan Musik Lembut. Why Not…! Fenomena jam-jam terakhir dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah adalah ...
Subscribe to:
Posts (Atom)
Populer Post
Arsip Blog
Artikel Pilihan
Pedoman Pengajuan Usul Penetapan Angka Kredit (DUPAK) Jabatan Fungsional Guru
Disclaimer : Pedoman Pengajuan DUPAK berikut adalah pedoman yang berlaku pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lombok Timur Provins...